Popular Posts
-
Arti Warna Ungu dan Karakter Penggemarnya Warna ungu memiliki arti sebagai berikut: Positif: kebangsawan...
-
Sejarah Berdiri Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sejarah berdiirinya, pondok pesantren AL-AMIEN PRENDUAN ti...
-
Lahir 12 April 1973 Jakarta Meninggal 26 April 2013 (umur 40) Jakarta Kebangsaan Indonesia Nama panggilan Uje (Azzizah I...
-
Asal Usul : Asal Mula Penemu Tahun Masehi - Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius Caesa...
-
Islam is My Choice Wanita solehah itu aurat dijaga, Pergaulan dipagari, Sifat malu pengikat diri, Seindah hiasan di dunia ini. ...
-
oleh: M. Kholid Muslih, MA -Ketua Umum ICMI Orsat Cairo- dalam buku IBADAH HATI " Nenek moyang kita dulu dicipta dan menetap di sur...
-
setiap detik engkau yang datang mimpiku setiap siang malam menggangguku tak lelap tidurku karena dirimu *courtesy of LirikLaguIndonesia.net ...
-
Al Qur’an adalah kemuliaan yang paling tinggi. Al Quran adalah kalam Allah Swt. Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan dengan penuh berkah,...
-
Betapa bahagianya bertemu nabi Bahagia didunia tiada berarti Bahagia didunia tiada berarti Rindu bertemu padamu tak lagi semu Rindu bert...
- Back to Home »
- Pengetahuan »
- KEUTAMAAN MEMPERINGATI MAULID NABI MUHAMMAD SAW
Posted by : Unknown
Selasa, 22 Januari 2013
Menurut fatwa seorang Ulama besar : Asy-Syekh Al
Hafidz As-Suyuthi menerangkan bahwa mengadakan peringatan kelahiran Nabi
Muhammad Saw, dengan cara mengumpulkan banyak orang, dan dibacakan ayat-ayat
al-Quran dan diterangkan (diuraikan) sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi
sejak kelahiran hingga wafatnya, dan diadakan pula sedekah berupa makanan dan
hidangan lainnya dengan cara yang tidak berlebihan adalah merupakan perbuatan
Bid’ah hasanah, dan akan mendapatkan pahala bagi orang yang mengadakannya dan
yang menghadirinya, sebab merupakan wujud kegembiraan, dan kecintaan / mahabbah
kapada Rosullullah saw.
Seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw :
مَنْ أَحَبَّنِى كَانَ مَعِيْ فِي الْجَنـَّةِ
“Barang siapa yang senang, gembira, dan cinta kepada
saya maka akan berkumpul bersama dengan saya masuk surga”.
Dalam kitab “Anwarul Muhammadiyah“ karangan : Syekh
Yusuf Bin Ismail An-Nabhani, diterangkan bahwa pada saat hari kelahiran Nabi
Muhammad Saw, seorang wanita budak belian dari Abu Lahab (tokoh kafir
jahiliyyah) yang bernama Tsuwaibah menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran
Nabi Muhammad Saw kepada Abu Lahab. Karena senangnya Abu Lahab mendapat berita
itu, spontan budak wanitanya yang bernama Tsuwaibah itu dibebaskan dan
dihadiahkan kepada Siti Aminah : Ibunda Muhammad Saw untuk menyusui bayinya
tersebut.
Ketika Abu Lahab telah meninggal dunia seorang sahabat
Nabi ada yang bertemu dalam mimpinya dan menanyakan tentang nasibnya di
akhirat.
Abu Lahab menjawab : Saya disiksa selama-lamanya
karena kekafiran saya tetapi pada tiap-tiap hari senin saya diberi keringanan
dari siksaan bahkan aku bisa mencium dua jari tanganku dan bisa keluar airnya
untuk saya minum.
Dan ketika ditanya : mengapa bisa demikian? Abu Lahab
menjawab : Ini adalah merupakan hadiah dari Allah karena kegembiraanku pada
saat kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Dalam sebuah hadits dikatakan :
مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدِىْ كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ يَـوْمَ
الْقِيَا مَةِ. وَمَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا فِى مَوْلِدِى فَكَأَ نَّمَا اَنْفَقَ
جَبَلاً مِنْ ذَ هَبٍ فِى سَبِيْلِ اللهِ
“Barang siapa yang memulyakan / memperingati hari
kelahiranku maka aku akan memberinya syafa’at pada hari kiamat. Dan barang
siapa memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiranku, maka akan
diberi pahala seperti memberikan infaq emas sebesar gunung fi sabilillah.
Sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq berkata :
مَنْ أَنْفَقَ دِرْ هَماً فِى مَوْ لِدِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ رَفِيْقِيْ فِى الْجَنَّةِ
“Barang siapa yang memberikan infaq satu dirham untuk
memperingati kelahiran Nabi Saw : akan menjadi temanku masuk surga”.
Sahabat Umar Bin Khoththob berkata :
مَنْ عَظَّمَ مَوْ لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ أَحْيَا اْلإِسْلاَمَ
“Barang siapa yang memuliakan / memperingati kelahiran
Nabi Saw, berarti telah menghidupkan Islam”.
Sahabat Ali Bin Abi Tholib berkata :
مَنْ عَظَّمَ مَوْ لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْياَ اِلاَّ بِاْلإِ يْمَانِ
“Barang siapa yang memuliakan / memperingati kelahiran
Nabi Saw, apabila pergi meninggalkan dunia pergi dengan membawa iman”.
Melihat besarnya pahala tersebut maka banyaklah kaum
muslimn muslimat yang selalu melahirkan rasa cintanya kepada Nabi dan
mengagungkan hari kelahiran Nabi dengan cara-cara yang terpuji seperti pada
tiap-tiap malam Senin atau malam Jum’at mengadakan jama’ah membaca kitab Al-
Barzanji, sholawat maulud, dan ada pula yang menyediakan tabungan yang berwujud
uang hasil tanaman atau sebagian gajinya untuk kepentingan memperingati
kelahiran Nabi Saw.
Perintis Peringatan Maulid Nabi
Peringatan Maulud Nabi sudah diadakan oleh kalangan
umat Islam sejak pada kurun ketiga atau tiga ratus tahun setelah hijrah Nabi,
yang pada saat itu kondisi umat Islam mulai rusak dalam berbagai hal.
Tokoh pemerintahan yang pertama kali menyelenggarakan
peringatan Maulud Nabi adalah Penguasa Irbil Raja Mudzaffar Abu said Al Kukburi
bin Zainuddin Ali bin Buktikin. Beliau adalah Raja yang cerdas ahli strategi di
bidang pemerintahan, pemurah, alim dan adil. Saat itu pemerintahannya terasa
kurang stabil, rakyatnya mulai banyak meninggalkan syariat agamanya, akhlaqnya
mulai rusak, mulai terjadi banyak kerusuhan-kerusuhan dan kemaksiatan-
kemaksiatan.
Raja Mudzaffar berinisiatif menyelenggarakan
peringatan Maulid nabi setiap bulan Robi’ul Awal secara besar-besaran, dengan
mengumpulakan semua masyarakat dari tokoh-tokohnya sampai rakyat kecil. Pada
peringatan Maulid itu disampaikan penjelasan tentang sejarah dan perjuangan,
serta keteladanan Nabi Muhammad SAW sejak lahir sampai wafatnya. Seorang ulama’
besar Syekh Al Hafidz Ibnu Dahyah yang mengarang kitab tentang sejarah Nabi
yang diberi nama At-Tanwir fi Maulidil Basyir An-Nadzir, diberi hadiah oleh
Raja 1000 dinar.
Setelah diadakan peringatan Maulid Nabi SAW tersebut,
pemerintahan kembali stabil, semangat pengamalan agamanya makin baik, negaranya
aman, tentram dan bertambah makmur. Sesuai dengan Firman Allah SWT :
وَلَوْ اَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوْا وَاتَّقَوْا
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِنْ
كَذَّبُوْا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَاكَانُوْا يَكْسِبُوْنَ. (الأعراف :٩٥)
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertaqwa, pastilah kami (Allah) akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS : Al A’raf :96).
Anjuran memperingati Maulid Nabi
Anjuran supaya memperingati Maulid Nabi sudah
diisyaratkan oleh Allah SWT, dan oleh nabi sendiri. Firman Allah surat Al A’rof
: 157 :
فَالَّذِيْنَ آمَنُوْا بِهِ وَعَزَّرُوْهُ وَنَصَرُوْهُ
وَاتَّبَعُوا النُّوْرَ الَّذِيْ أُنْزِلَ مَعَهُ وَاُولئِكَ هُمُ
اْلمُفْلِحُوْنَ. (الأعراف :١٥٧)
Maka orang-orang yang beriman kepadanya (Muhammad)
memulyakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan
kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al A’rof
:157)
Termasuk orang-orang yang memulyakan (dalam ayat ini)
adalah orang-orang yang memperingati Maulid Nabi SAW, yang membaca Barzanji,
Marhaban, Burdah, syair-syair dan qosidah-qosidah dan pengajian-pengajian,
kalau dimaksudkan untuk memulyakan Nabi, maka akan mendapat pahala yang banyak
dan akan beruntung.
Nabi Muhammad saw juga sudah memberikan isyarat
tentang perlunya memperingati kelahiran Nabi sebagaimana hadis riwayat Muslim
yang bersumber dari Abu Qotadah Al Anshory r.a :
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلعم سُئِلَ عَنْ صَوْمِ
اْلإِثْنَيْنِ فَقَالَ فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ. (رواه مسلم)
“Sesungguhnya Rosulullah saw ditanya seorang sahabat
tentang puasa hari Senin, maka beliau menjawab, sebab di hari Senin itu hari
kelahiranku, dan wahyu diturunkan kepadaku”. ( HR. Muslim). Dari hadis ini
Nabi sendiri juga memulyakan hari kelahirannya, dengan berpuasa (amal yang
baik).
Beberapa pendapat tentang memperingati Maulid Nabi
saw.
Di kalangan umat Islam ada beberapa pemahaman tentang
memperingati Maulid nabi saw :
1. Golongan yang terbesar, yaitu yang merayakan Maulid
Nabi setiap bulan Robi’ul Awwal, bahkan di bulan-bulan yang lain atau tiap-tiap
malam Senin atau Jum’at dengan membaca Barzanji, membaca Marhaban dan
kitab-kitab Maulid lainnya, sebagaimana yang biasa diamalkan umat Islam sejak
dahulu. Golongan ini ada yang hanya membaca Barzanji saja, atau ada pula yang
diteruskan dengan pengajian atau ceramah tentang riwayat dan perjuangan Nabi.
Semua itu dengan maksud untuk melahirkan kecintaannya kepada nabi Muhammad saw.
2. Golongan umat Islam yang nerayakan maulid nabi tiap
Bulan Robiul Awal, tetapi tidak dengan membaca Barzanji, tidak membaca
Marhaban, atau kitab-kitab Maulid lainnya, karena dianggap tidak ada
tuntunannya.
3. Golongan yang ekstrim, yaitu tidak mau merayakan
peringatan maulid Nabi sama sekali, karena hal itu dianggap bid’ah yang harus
ditinggalkan.
Sumber: http://www.as-salafiyyah.com/2011/02/keutamaan-memperingati-maulid-nabi.html
مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدِىْ كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ يَـوْمَ الْقِيَا مَةِ. وَمَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا فِى مَوْلِدِى فَكَأَ نَّمَا اَنْفَقَ جَبَلاً مِنْ ذَ هَبٍ فِى سَبِيْلِ اللهِ.........
BalasHapusrowinya cp ?????
hemmm ,,,kurang tau
BalasHapussaya dapet sumber dari http://www.as-salafiyyah.com/2011/02/keutamaan-memperingati-maulid-nabi.html